Khotbah tangan ke bawah dan mereka yang suka dilayani – Dalam diskusi tentang Shodaqoh. Itu jelas menjelaskan dan mereka yang suka dilayani. Silakan merujuk ke Deklarasi Dutadakwah di bawah ini untuk detail lebih lanjut.
Table of Contents
Khotbah tangan di bawah ini dan mereka yang senang dilayani
Materi khotbah ini ditulis dan dipasok oleh Dutadakwah. Dalam materi ini Anda dapat mengubah, menambah atau mengurangi. Namun, itu tidak boleh mengkompromikan keharmonisan khotbah. Karena jika khotbah yang harmonis tidak dibacakan, jelas Jum tidak sah.
Berikut Ini Telah Kami Kumpulkan Yang Bersumber Dari Laman https://www.dutadakwah.co.id/ Yang Akhirnya Saya Tuliskan Disini.
Khotbah Lafadz
Alhamdulillah. Puji bagi Tuhan yang membimbing kita melalui jalan damai, dan memahami hukum Nabi saw. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan sendiri, yang tidak memiliki sekutu, Yang Maha Mulia dan Mulia, dan saya bersaksi bahwa Guru kita dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Sampai hari hutang, tapi setelahnya
Brotherhood, saya menasihati Anda dan diri saya sendiri untuk takut akan Tuhan dan menaati-Nya agar Anda berhasil. Tuhan Yang Maha Kuasa bersabda dalam Al-Qur’an: Aku berlindung kepada Tuhan dari setan terkutuk, dalam nama Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang: Hai orang yang beriman. Dia memenangkan kemenangan besar, dan Tuhan berkata, Ayo, hai kamu yang percaya. Waspadalah, Tuhan, suntik.
Kebenaran Tuhan yang agung
Jama’ah jum’at ini adalah Barbahagia. Dakwah memiliki misi menjadi dai sendiri dan seluruh pesertanya, bertakwa kepada Allah SWT dengan taqwa yang benar, yaitu menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Dan mari kita coba menjadi pemberi dan bukan diberi. Tema dari khutbah kali ini adalah: “Tangan ke bawah dan mereka yang suka dilayani”
Pertemuan Jum’ah rahimakumullah,
Angkat tangan lebih baik dari pada tangan ke bawah
Pemberi lebih mulia dari pada memberi, mencintai lebih baik dari pada memberi, sponsor lebih jujur dari pada memberi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasululllah SAW bersabda:
Tangan atas lebih baik dari pada tangan bawah
Artinya: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.”
Yang dimaksud dengan “angkat tangan” adalah orang yang memberi, sedangkan “menyerahkan” adalah orang yang menerima atau meminta. Hadits ini begitu terkenal sehingga banyak orang yang mendengar dan penjelasannya. Banyak orang mengutip hadits ini untuk menasihati kita agar menjauh dari mengemis; pada saat yang sama mendorong kita untuk memberi daripada meminta, karena siapa yang memberi akan menjadi pihak yang lebih baik daripada yang diberikan. Singkatnya, hadits ini menegaskan bahwa memberi lebih baik daripada meminta. Atau pertanyaan itu tidak bagus.
Pertemuan Jum’ah rahimakumullah,
Apa yang kita pahami tentang memberi dan meminta biasanya berkaitan dengan benda atau benda. Pengemis atau orang miskin seringkali terkurung dalam kelompok pengemis sehingga masyarakat sering meremehkan mereka. Di sisi lain, mereka adalah orang-orang kaya, atau orang-orang kaya biasanya ditempatkan dalam kelompok pendonor atau dermawan agar masyarakat memandang mereka dengan hormat.
Jum’ah rahimakumullah,
Melalui khotbah ini pengkhotbah ingin mengajukan pertanyaan. Benarkah hadits hanya berkaitan dengan pertanyaan, pertanyaan, atau pemberian yang berkaitan dengan barang atau benda?
Hadis tidak hanya mengacu pada barang atau hal-hal tersebut karena pemohon sebenarnya dapat dibagi menjadi dua (dua) jenis: yaitu orang yang meminta barang dan meminta jasa. Baik yang meminta barang maupun yang meminta jasa adalah tidak baik dalam pandangan Islam berdasarkan hadits di atas, yaitu:
Tangan atas lebih baik dari pada tangan bawah
Artinya: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.”
Lalu pertanyaannya, siapakah orang-orang yang suka meminta jasa? Atau, dengan kata lain, siapakah kelompok orang yang meminta untuk dilayani?
Pertemuan Jum’ah rahimakumullah,
Jika orang miskin atau golongan bawah sering dipandang sebagai orang yang suka bertanya tentang hal-hal seperti uang, makanan, sandang, dll, maka orang yang mapan atau kuat suka dilayani. Artinya merekalah yang suka meminta jasa orang lain. Mereka suka memerintah atau meminta bantuan dalam bahasa yang sangat sopan, minta dibawa ini dan itu atau lakukan ini dan itu. Atau minta benda ini dan itu diangkat; dll.
Pertanyaannya kemudian bagaimana dengan Rasulullah SAW? Apakah dia suka meminta jasa orang lain dengan meminta dilayani ini dan itu?
Jumat Jumat rahimakumullah;
Rasulullah SAW adalah orang yang sangat dihormati. Ketika dia memerintah atau meminta bantuan, tidak ada yang menolak. Bukan karena mereka takut, tapi karena dia menghormati mereka. Namun, ia lebih memilih untuk mengabdi sebagaimana diriwayatkan oleh istrinya Aisyah, diriwayatkan oleh Ahmad:
عن عائشة أنها سئلت ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعمل في بيته, قالت: ”
Yaitu: “Aisyah RA bertanya padanya apa yang dilakukan Rasulullah SAW di rumah. Aisyah menjawab bahwa Rasulullah menjahit pakaiannya sendiri, menyesali sandalnya sendiri dan menjalani apa yang biasa dilakukan laki-laki di rumah mereka.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa meskipun Rasulullah SAW adalah orang yang sangat mulia baik di mata Allah maupun di mata manusia – bahkan yang paling mulia di dunia ini – ia tidak segan-segan melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia tidak berpikir pekerjaan seperti menjahit pakaian, sandal, dan pekerjaan rumah tangga lainnya akan mengurangi ketenarannya sebagai seorang nabi dan rasul. Tentu saja tidak, karena hanya perbuatan asusila yang mengurangi ketenaran diri sendiri.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Rasulullah SAW lebih memilih mengabdi pada dirinya sendiri daripada mencari pertolongan orang lain.
Jawaban atas pertanyaan ini adalah bahwa tangan atas lebih baik daripada tangan bawah seperti hadits di atas. Memang hadits tidak hanya mengacu pada hal-hal yang merupakan barang atau benda, tetapi juga pada hal-hal yang merupakan barang atau jasa. Itulah sebabnya Rasulullah SAW lebih memilih mengabdi daripada dilayani. Hal tersebut juga dibuktikan dengan peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW belum siap menerima tawaran jasa dari Abu Hurairah. Saat itu Abu Hurairah ingin membawa barang-barang Rasululullah SAW yang baru saja dibelinya di pasar. Kepada Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
صَاحِبُ الشَّيْءِ أَحَقُّ بِشَيْئِهِ أَنْ يَحْمِلَهُ
Itu berarti: “Pemilik artikel kemungkinan besar (secara tepat) membawa artikelnya bersamanya. ”
Keengganan Rasulullah SAW untuk dilayani oleh Abu Hurairah menunjukkan bahwa dia tidak suka melecehkan orang lain padahal dia masih bisa melakukannya sendiri. Ini juga bukti bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang sangat tawadhu. Sesungguhnya kesediaan seseorang untuk mengabdi pada dirinya sendiri tidak terlepas dari sikap tawadhu yang dimilikinya.
Pertemuan Jum’ah rahimakumullah;
Marilah kita berhati-hati mengikuti jejak Rasullah SAW dengan melakukan yang terbaik untuk melayani diri kita sendiri. Segala upaya yang kita lakukan dengan maksud tidak melecehkan orang lain pasti akan tercatat sebagai amalan ibadah kita masing-masing. Tak hanya itu, tetesan keringat akibat aktivitas fisik ternyata memiliki efek positif bagi kesehatan kita sendiri. Apalagi dewasa ini, banyak orang menderita berbagai macam penyakit karena minimnya aktivitas fisik akibat kemajuan teknologi yang memanjakan masyarakat.
Selain itu, berbagai jenis penyakit ini juga disebabkan oleh banyaknya orang yang mulai tidak menyukai aktivitas fisik dan kemudian lebih memilih untuk menyerahkannya kepada orang lain. Sehingga sebagian aktivitas fisik menjadi tidak mencukupi. Untuk ini biarlah prinsip tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, kita melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan sendiri tanpa meminta jasa orang lain.
Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara meminta jasa dan membeli jasa orang lain. Membeli jasa berarti kita memberi orang lain pekerjaan dan oleh karena itu harus membayar atau memberikan gaji. Itu tentu sangat mulia. Namun, meminta hanya layanan pasti akan bermasalah hanya untuk orang lain karena sama dengan meminta keringat orang lain. Rasulullah SAW tidak mau meminta barang atau jasa.
Pertemuan Jum’ah rahimakumullah,
Semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat bagi saya dan bagi doa-doa gereja Jum’at secara umum. Amin ya Rabbal Alamin.
جعلنا الله وإياكم من الفائزين الآمنين, وأدخلنا وإياكم في زمرة عباده المؤمنين:
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآَنِ اْلعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآَيَاتِ وَذِكْرِ اْلمَكِِْ. إنَّهُ تَعاَلَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khotbah Kedua Lafadz
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وأشهد أن لا اله إلا الله والله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله الداعى إالى رضونه. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أما بعد فيا ايها الناس اتقواالله فيما أمر وانتهوا عما نهى واعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملآ ئكته بقدسه وقال تعالى إن الله وملآئكته يصلون على النبى يآ ايها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آل سيدنا محمد وعلى انبيآئك ورسلك وملآئكة المقربين وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين أبى بكر وعمر وعثمان وعلى وعن بقية الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم باحسان الىيوم الدين وارض عنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحيآء منهم والاموات اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين وانصر عبادك الموحدية وانصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين و دمر أعداء الدين واعل كلماتك إلى يوم الدين. اللهم ادفع عنا البلاء والوباء والزلازل والمحن وسوء الفتنة والمحن ماظهر رابنا تظهنا فى نلن تنا فى نلد سربة لعن تظهن ا نلد سربة لعندنية لذنا تنا فى نلد سربة لعب ربنا ظلمنا انفسنا و م لم ل انا وترحمنا لنكونن ا للخاسرين.
عِبَادَاللهِ! إن ا ى إحس عد عد إحس إحس أكبر أكبر أكبر أكبر ذيJadi kira-kira; Khotbah tangan ke bawah dan bagi yang suka dilayani, semoga bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi kita semua. Terima kasih.
Lihat Juga : https://www.dutadakwah.co.id/bacaan-tawasul-arab-ringkas/